Anggaplah brand-mu sudah punya campaign super kece dengan slogan dan visual yang oke. Semua desain dan gimik sudah disiapkan untuk menyita perhatian publik. Sayangnya, saat tanggal launching datang, ternyata jangkauannya masih kurang. Kamu dan segenap tim yang terlibat mulai memasang dahi berlipat. Kalau mikirin ini bikin kamu pusing tujuh keliling, kemungkinan besar masalahnya ada di media buying. Copy dan visual yang unik tidak cukup untuk mendatangkan performa terbaik. Untuk menyasar target audiens dengan akurat, iklan harus ditayangkan di lokasi, media, frekuensi, dan momen yang tepat.
Media Buying A to Z
Media buying adalah proses negosiasi dan pembelian ruang iklan berbasis media tradisional maupun digital. Media tradisional yang dimaksud termasuk televisi, radio, koran, majalah, dan out of home (OOH) advertising. Adapun media digital meliputi website, media sosial, layanan streaming, in-app advertisement, hingga iklan pop up.
Tahapan yang termasuk dalam media buying adalah proses analisis audiens, riset, perencanaan, negosiasi, pembelian, hingga eksekusi penayangan iklan pada media yang disepakati. Pihak yang menjalankan proses media buying disebut dengan media buyer.
Siapa saja yang bisa berperan sebagai media buyer? Siapa pun yang punya skill negosiasi, pengetahuan industri, dan koneksi yang cukup. Contoh media buyer yang paling umum ditemui, termasuk:
- advertising agency,
- digital marketing agency,
- media buying agency,
- individu, dan
- media sales representative.
Idenya Flux masuk ke dalam kategori media buyer dalam bentuk full-service agency. Dibandingkan media buyer independen yang bekerja secara individu, agensi mampu menawarkan layanan yang lebih optimal. Salah satunya berkat ketersediaan sumber daya yang mempercepat dan mempermudah setiap tahapan media buying.
Jangan Asal Pilih Media Buyer
Pasang iklan jangan asal tayang. Lokasi strategis dan momentum yang taktis akan menentukan peluangmu mencapai hasil yang manis. Apa aja konsekuensi yang bakal kamu tanggung kalau memilih media buyer yang tanggung-tanggung?
1. Minim Riset, Targeting Meleset
Media buyer yang nggak berpengalaman berisiko menerapkan metode targeting yang kurang efektif. Apa penyebabnya?
Pertama, karena kurangnya jam terbang, mereka membuat segmentasi audiens yang terlalu lebar atau bahkan salah sasaran.
Kedua, alih-alih memutuskan sesuatu berdasarkan data, mereka membuat keputusan berdasarkan asumsi belaka. Padahal, faktor-faktor demografi, seperti usia, gender, lokasi, minat, hingga gaji harus dipertimbangkan dengan pasti.
Ketiga, mereka asal-asalan atau bahkan salah pilih media channel. Padahal, setiap platform digunakan oleh audiens yang berbeda-beda. Orientasi dan tujuan yang ingin dicapai juga tidak akan sama.
2. Buang-Buang Uang
Media buying tidak sama dengan shopping. Saat belanja, kamu hanya pilih-pilih barang, kemudian bayar, lalu pulang.
Dalam media buying, biaya-biaya yang sudah kamu keluarkan sebelumnya akan ikut dikorbankan. Sebutlah biaya produksi, kreatif, konsultasi, riset, hingga fee dan komisi untuk agensi.
Efektivitas biaya-biaya tersebut sangat bergantung pada pemilihan media penayangan. Belum lagi, kalau ada pembengkakan pengeluaran karena skill negosiasi ternyata masih pas-pasan.
Gimana mau balik modal kalau media buyer-nya aja nggak profesional?
3. Performa Ala Kadarnya
Setiap campaign punya ukuran sukses yang beda-beda. Tapi, ukuran sukses dari media buying hampir bisa dibilang mutlak.
Performa yang akan kamu korbankan jika salah pilih media buyer adalah gagal meroketkan brand awareness, target konversi tidak tercapai, dan jangkauan yang kurang maksimal.
4. Peluang Terbuang Sia-Sia
Media buyer amatir mungkin tetap bisa membantumu mendapat ruang iklan. Namun, media buyer berpengalaman, dengan persebaran koneksi yang lumayan, akan mampu memberikan berbagai peluang yang lebih menggiurkan.
Sebutlah ruang iklan dan kerja sama eksklusif, hingga penayangan materi promosi di momentum yang prestisius. Sayang sekali jika kamu harus merelakan peluang emas untuk meningkatkan visibilitas.
5. Image Brand Dipertaruhkan
Level terburuk jika salah pilih media buyer adalah munculnya persepsi brand yang negatif. Reputasi brand yang susah payah kamu bangun bisa hancur karena eksekusi dan pemilihan media yang nggak berkualitas.
7 Alasan Kenapa Harus Media Buying di Idenya Flux
Kalau kamu lagi butuh media buying, Idenya Flux siap jadi partner untuk menangin kamu dari pesaing. Soal negosiasi sampai dapat harga yang affordable? Semua Idenya Flux yang handle. Dengan pengalaman yang mendukung, kamu tinggal duduk manis — nggak pake bingung. Kalau masih ragu, coba simak dulu 7 alasan kenapa Idenya Flux adalah opsi terbaik buat kamu.
1. Pendekatan Tepat Sasaran
Menurut riset dari Yahoo, yang melibatkan 6.000 responden, 54% pelanggan lebih tertarik dengan iklan yang personal. Itu artinya, untuk menciptakan campaign yang berhasil, pendekatan yang dilakukan juga harus selalu disesuaikan.
Idenya Flux mengedepankan pendekatan yang personal dalam proses targeting, riset, pemilihan media channel, messaging, lokasi, hingga timing.
2. Market Knowledge yang Ekstensif
Dirintis sejak tahun 2006, Idenya Flux memiliki bekal jam terbang dan market knowledge yang luas. Apa pentingnya ini dalam media buying?
Pertama, market knowledge memungkinkan Idenya Flux memahami skema harga dalam media buying. Kamu nggak harus ngeluarin nominal fantastis yang ternyata jauh di atas rata-rata industri yang realistis.
Kedua, market knowledge membuat Idenya Flux terbiasa memperhitungkan plus-minus dari sebuah ruang iklan. Dari sini, obrolan soal harga bisa dibicarakan dengan fair. Kamu nggak perlu bayar mahal hanya karena skill negosiasi media buyer yang nggak maksimal.
Ketiga, market knowledge didapatkan berkat adanya trial and error di upaya sebelumnya. Idenya Flux tahu dan sadar apa saja langkah-langkah yang harus dihindari dalam media buying. Alhasil, campaign-mu pun akan terhindar dari “kecerobohan” media buyer pemula.
Keempat, apalah media buying tanpa analisis kompetitor yang menyeluruh. Market knowledge membukakan gambaran bagi Idenya Flux untuk mengukur efektivitas campaign yang telah dan sedang dikerjakan oleh kompetitor.
Kelima, market knowledge adalah modal utama untuk membaca tren dan perilaku audiens. Dengan ini, Idenya Flux memastikan campaign-mu tetap relevan bagi audiens.
3. Koneksi yang Luas
Berhasil dapat ruang untuk pasang iklan aja nggak cukup. Jangan mau rugi karena brand-mu butuh spotlight ideal untuk unjuk gigi. Idenya Flux punya koneksi media yang luas. Ini bisa menguntungkan buat brand-mu — setidaknya untuk tiga alasan.
Pertama, karena punya koneksi dan hubungan baik, Idenya Flux bisa jamin proses negosiasinya pun nggak akan sulit.
Kedua, bebas pilih media. Mulai dari platform tradisional sampai digital, Idenya Flux bisa usahain kamu dapat yang paling optimal.
Ketiga, ada kesempatan untuk dapat penawaran eksklusif, entah itu berupa diskon harga, space iklan istimewa, sampai timing yang nggak ada duanya.
4. Pengalaman Multi-Channel
Idenya Flux berpengalaman menangani campaign di berbagai channel media, termasuk:
- iklan TV untuk XL Axiata, Bank Mandiri, Lion Parcel, Tango, hingga Pizza Hut; dan
- digital campaign untuk XL Prepaid, UNIQLO, Sriwijaya Air, Sony, sampai Kimia Farma.
Pengalaman multi-channel diperlukan dalam media buying untuk memaksimalkan jangkauan serta dampak dari campaign.
5. Format Iklan Kreatif
Iklan produk yang bagus harus dikemas dengan penyampaian yang halus. Idenya Flux menawarkan format iklan yang variatif agar bisa menyampaikan pesan kepada audiens secara efektif.
Karena bergerak sebagai full-service agency, Idenya Flux juga siap memberikan input kreatif dari segi gaya desain, messaging, hingga visualisasi.
6. Client Service yang Optimal
Klien adalah raja. Idenya Flux menaruh prioritas terdepan bagi prospek maupun klien, baik dari segi responsivitas, profesionalisme, komitmen, hingga sistem komunikasi. Selama project berjalan, Idenya Flux juga terbuka akan segala bentuk feedback.
7. Track Record Solid
Idenya Flux bukan agensi kemarin sore yang baru menangani dua-tiga klien. Tercatat sudah ada 168 campaign dan ratusan klien yang pernah ditangani.
Sejumlah brand besar dari lintas industri sudah mengisi daftar klien Idenya Flux, termasuk XL Axiata, Mandiri, AIA, Kapal Api Group, Pizza Hut, UNIQLO, Flip, Sriwijaya Air, hingga Cimory.
Hubungi Idenya Flux!
Media buying anti pusing bersama Idenya Flux. Perlu info lebih lanjut? Jangan ragu untuk hubungi di kontak berikut!